MAKALAH
MENEJEMEN PROYEK dan
RESIKO #
Nama : Nurul Aulia Rachman
NPM : 25112527
Kelas : 2KB05
Universitas Gunadarma
2013/2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT, yang
telah senantiasa melimpahkan Rahmat dan Hidayah- NYA sehingga kita semua dalam
keadaan sehat walafiat dalam menjalankan aktifitas sehari-hari. Penyusun juga
panjatkan kehadiran ALLAH SWT, karena hanya dengan kerido’an-NYA Makalah dengan
judul “Menejemen Proyek dan Resiko” ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari betul sepenuhnya bahwa
tanpa bantuan dari berbagai pihak, makalah ini tidak akan terwujud dan masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis
berharap saran dan kritik demi perbaikan-perbaikan lebih lanjut.
Akhirnya penulis berharap, semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi yang membutuhkan.
Bekasi,1 Oktober 2013
NurulAuliaRachman
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
.............................................................................................................i
DAFTAR ISI
.........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1 Latar Belakang
....................................................................................................................1
1.Perumusan Masalah
...........................................................................................................2
2.Pengertian Proyek ...............................................................................................................2
3.Tujuan manajemen proyek ..................................................................................................2
4. Pengertian Resiko
..............................................................................................................2
5. Manajemen Resiko
............................................................................................................3
BAB II Proses Perencanaan (Planning Process)....................................................................4
1Penjadwalan (Schedulling) ................................................................................................4
2.Pengendalian (Controlling) ..............................................................................................4
3.Tujuan manajemen proyek..................................................................................................2
4. Pengertian Resiko
..............................................................................................................2
BAB III PENUTUP
1.Kesimpulan
........................................................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Pada perencanaan pembuatan
proyek sebuah sistem, diperlukan berbagai macam komponen yang terlibat
didalamnya. satu hal yang harus diperhatikan / diutamakan oleh seorang
manajer proyek dalam melakukan perencanaan adalah menghitung, baik secara
kualitatif maupun kuantitatif, resiko yang akan terjadi dalam proses
pengerjaan.
Dalam dunia IT tentu banyak
terjadi persaingan, entah dari dari pihak perseorangan, Perusahaan, maupun
mancakup yang lebih luas lagi. Untuk itu kita harus mengenal terlebih dahulu
apa itu Resiko dalam Manajemen Proyek? Resiko Proyek adalah peristiwa tidak
pasti yang bila terjadi memiliki pengaruh positif atau negatif terhadap minimal
satu tujuan proyek (waktu, biaya, ruang lingkup, mutu). Risiko mungkin memiliki
satu atau lebih penyebab, yang bila terjadi memiliki satu atau lebih dampaknya
terhadap manajemen.
Dan apabila kita garis besarkan
secara keseluruhan maka yang dimaksud dengan Manajemen Proyek dan Resiko adalah
proses sistematis untuk merencanakan, mengidentifikasi, menganalisis, dan
merespon risiko proyek. Tujuannya untuk meningkatkan peluang dan dampak
peristiwa positif, dan mengurangi peluang dan dampak peristiwa yang merugikan
proyek atau dapak negatifnya.
Dalam peenerapannya sebuah
teknologi dalam perusahaan memerlukan perencanaan yang strategis khususnya
penerapan teknologi pada manajemen proyek, agar penerapan dapat sesuai dengan
tujuan bisnis yang diharapkan oleh perusahaan. Jika penerapan teknologi
informasi dalam manajemen proyek tidak sesuai dengan tujuan bisnis yang
diinginkan maka akan menimbulkan risiko. Risiko yang timbul akibat dari
penerapan teknologi informasi yang salah dalam manajemen proyek akan
menyebabkan proses bisnis yang tidak optimal, kerugian finansial, menurunnya
reputasi perusahaan, bahkan hancurnya perusahaan.
Pada kenyataaannya penerapan
manajemen proyek teknologi informas itu sendiri membutuhkan investasi yang
cukup besar, dan seiring dengan teknologi yang terus berkembang dari waktu ke
waktu, membuat proses manajemen proyek pun menjadi semakin sulit, karena harus
memahami teknologi yang baru. Dengan adanya manajemen risiko proyek yang
didukung dengan penggunaan hardware diharapkan dapat membantu perusahaan dalam
hal meminimalkan tingkat kerugian yang tidak diinginkan oleh.
BAB II
Pengertian
Manajemen
Manajemen merupakan sebuah
proses terpadu dimana individu-individu sebagai bagian dari organisasi yang
dilibatkan untuk merencanakan, mengorganisasikan, menjalankan dan mengendalikan
aktifitas-aktifitas, yang kesemuanya diarahkan pada sasaran yang telah
ditetapkan dan berlangsung terus menerus seiring dengan berjalannya waktu. Agar
proses manajemen berjalan lancar, diperlukan sistem serta struktur organisasi
yang solid. Pada organisasi tersebut, seluruh aktifitasnya haruslah
berorientasi pada pencapaian sasaran. Organisasi tersebut berfungsi sebagai
wadah untuk menuangkan konsep, ide-ide manajemen. Jadi dapat dikatakan bahwa
manajemen merupakan suatu rangkaian tanggung jawab yang berhubungan erat satu
sama lainnya.
Pengertian Proyek
Proyek merupakan suatu tugas
yang perlu dirumuskan untuk mencapai sasaran yang dinyatakan secara kongkrit
serta harus diselesaikan dalam suatu periode tertentu dengan menggunakan tenaga
manusia dan alat-alat yang terbatas dan begitu kompleks sehingga dibutuhkan
pengelolaan dan kerjasama yang berbeda dari yang biasanya digunakan. Menurut DI
Cleland dan Wr. King (1987), proyek merupakan gabungan dari berbagai sumber
daya yang dihimpun dalam organisasi sementara untuk mencapai suatu tujuan
tertentu.
Pengertian Manajemen Proyek.
Manajemen proyek adalah
kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan dan mengendalikan
sumberdaya organisasi yang mempergunakan personil untuk ditempatkan pada tugas
tertentu dalam proyek untuk mencapai tujuan tertentu dalam waktu tertentu
dengan sumberdaya tertentu.
Tujuan manajemen proyek.
Suatu proyek pasti mempunyai
suatu tujuan yang ingin dicapai. Dalam mencapai tujuan tersebut, suatu proyek
biasanya mempunyai kegiatan yang berlangsung dalam waktu tertentu dengan hasil
akhir tertentu. Proyek dapat dibagi-bagi menjadi sub-sub pekerjaan yang harus
diselesaikan dengan batas waktu tertentu untuk mencapai tujuan proyek secara
keseluruhan dengan tepat waktu.
Ciri-ciri Manajemen Proyek
Mekanisme proyek dalam
hubungannya dengan pengelolaan, organisasi dan sumber daya mempunyai ciri-ciri
tertentu sebagai berikut :
*Memimpin organisasi proyek dan
beroperasi secara independen.
*Pembawa tunggal untuk mencapai
satu tujuan proyek.
*Memerlukan bermacam-macam
keahlian dan sumber daya.
*Bertanggung jawab menyatukan
orang-orang dari berbagai fungsi/disiplin yang bekerja.
*Memfokuskan pada ketepatan
waktu dan biaya
Pengertian Resiko
Ada banyak definisi tentang resiko, resiko dapat
ditafsirkan sebagai bentuk keadaan ketidakpastian tentang suatu keadaan yang
akan terjadi nantinya (future) dengan keputusan yang diambil berdasarkan
berbagai pertimbangan pada saat ini.
Manajemen Resiko
Manajemen resiko adalah proses
pengukuran atau penilaian resiko serta pengembangan strategi pengelolaannya.
Strategi yang dapat diambil antara lain adalah memindahkan resiko kepada pihak
lain, menghindari resiko, mengurangi efek negatif resiko, dan menampung
sebagian atau semua konsekuensi resiko tertentu. Manajemen resiko tradisional
terfokus pada resiko-resiko yang timbul oleh penyebab fisik atau legal (seperti
bencana alam atau kebakaran, kematian serta tuntutan hukum). Manajemen resiko
adalah rangkaian langkah-langkah yang membantu suatu perangkat lunak untuk
memahami dan mengatur ketidakpastian.
Jenis Resiko Teknologi :
- Komponen file tidak lengkap
- Sistem operasi tidak
kompatibel, device tidak dikenal
- Perangkat keras tidak
mendukung (mis: resolusi monitor, resolusi printer)
- Spesifikasi tidak memenuhi
Contoh kasus Manajemen Proyek
dan Resiko
Contoh manajemen proyek
diantaranya adalah : membangun sebuah stadion sepak bola, megelola penelitian
berskala besar, melaksanakan pembedahan transplantasi organ tubuh, memasang
lintas produksi, atau berjuang mendapatkan ijazah strata satu di suatu
perguruan tinggi.
1. Perusahaan memutuskan untuk
tidak menambah utang baru untuk membangun kembali gedung yang terbakar berserta
asetnya, namun menerbitkan saham baru. Penerbitan saham baru ini tidaklah murah
karena perusahaan harus mengeluarkan underwriting fees. Skenario lain yang
mungkin muncul adalah pada saat yang sama, perusahaan sebenarnya memiliki
sebuah proyek investasi yang sangat prospektif dan membutuhkan dana misalnya 2
triliun rupiah, yang kebetulan persis sebesar kerugian akibat kebakaran
tersebut. Seandainya perusahaan tidak memiliki uang di atas jumlah itu, dana
sebesar 2 triliun itu harus digunakan untuk membangun kembali pabrik dan
asetnya, akibatnya proyek investasi baru itu harus didanai dari sumber lain
seperti utang baru atau penerbitan saham baru.
2.
Software House ABC merupakan sebuah perusahaan pembuatan perangkat lunak yang
memprioritaskan dirinya dalam pengembangan perangkat lunak produksi masal untuk
keperluan perusahaan dagang, khususnya dalam hal inventory dan payroll. Salah
satu proyek perangkat lunak yang sedang dikembangkan saat ini adalah MyBiz 2.
Dalam proses pengembangannya, seringkali Software House ABC harus menghadapi
resiko atau masalah yang sifatnya tidak terduga. Resiko yang muncul akan
menghambat jalannya proses pengembangan perangkat lunak. Metode yang digunakan
untuk mengatasinya selama ini bersifat reaktif atau hanya akan direncanakan
jika resiko sudah benar-benar terjadi. Karenanya Software House ABC membutuhkan
sebuah metode manajemen resiko khususnya untuk proyek MyBiz 2 ini. Penelitian
ini dilakukan berdasarkan metodologi manajemen resiko proyek pengembangan
perangkat lunak yang ada dan dilakukan melalui lima tahap yaitu tahap
perencanaan manajemen resiko, tahap identifikasi resiko, tahap analisa resiko,
tahap perencanaan respon resiko, dan tahap pengawasan dan kontrol resiko.
Tujuan dari penelitian ini adalah menerapkan manajemen resiko sesuai dengan
metodologi yang ada pada proyek MyBiz 2. Hasil yang diharapkan dari penelitian
adalah dokumentasi penerapan manajemen resiko proyek pengembangan perangkat
lunak MyBiz 2 di Software House ABC.
BAB II
Proses Perencanaan (Planning Process)
mencakup tentang penetapan sasaran, pendefinisian proyek
dan pembentukan organisasi tim, adapun dalam mengerjakan beberapa proyek
sekaligus (umumnya pada perusahaan besar), cara yang efektif untuk menugaskan
tenaga kerja dan sumber daya fisik adalah melalui organisasi proyek dengan
spsesikasi :
1.
Pekerjaan dapat didefinisikan dengan sasaran dan
target waktu khusus
2.
Pekerjaaan unik atau tidak biasa dalam
organisasi yang ada
3.
Pekerjaan terdiri dari tugas yang kompleks dan
saling berhubungan serta memerlukan ketrampilan khusus
4.
Proyek bersifat sementara tetapi penting bagi
organisasi
5.
Proyek meliputi hampir semua lini organisasi,
Organisasi proyek dipimpin oleh seorang manajer proyek
yang mengkoordinasikan kegiatan proyek dengan departemen lain maupun membuat
laporan kepada manajemen puncak dan tanggungjawab manajer proyek adalah dapat
menetapkan “
1.
Seluruh kegiatan yang diperlukan diselesaikan
dalam urutan yang tepat dan waktu yang tepat.
2.
Proyek selesai sesuai budget
3.
Proyek memenuhi sasaran kualitas.
4. Tenaga
kerja yang ditugaskan dalam proyek mendapat motivasi arahan dan informasi yang
diperlukan dalam pekerjaan mereka.
Penjadwalan (Schedulling)
Penjadwalan (Schedulling) yaitu menghubungkan antara
tenaga kerja, uang, dan bahan yang digunakan dalam proyek.
Penjadwalan proyek meliputi kegiatan menetapkan jangka
waktu kegiatan proyek yang harus diselesaikan, bahan baku, tenaga kerja serta
waktu yang dibutuhkan oleh setiap aktivitas. Pendekatan yang populer digunakan
adalah Diagram Gantt atau Metode Bagan Balok (Bar Chart). Cara penjadwalan proyek yang lain adalah PERT (Project Evaluation and Review Technique)
dan CPM (Critical Path Method).
Penjadwalan proyek membantu dalam bidang:
1.
Menunjukkan hubungan tiap kegiatan lainnya dan
terhadap keseluruhan proyek.
2.
Mengidentifikasikan hubungan yang harus
didahulukan di antara kegiatan.
3.
Menunjukkan perkiraan biaya dan waktu yang
realistis untuk tiap kegiatan.
Pengendalian (Controlling)
Pengendalian proyek meliputi pengendalian terhadap sumber
daya, biaya, kualitas dan anggaran. Pengendalian proyek juga digunakan untuk
merevisi rencana proyek dan memungkinkan untuk mengganti/menggeser sumber
daya ke tempat yang memerlukan (mengelola ulang) sehingga tepat waktu dan
biaya.Pengendalian proyek melibatkan pengawasan ketat pada sumber daya, biaya,
kualitas dan budget. Pengendalian juga berarti penggunaan loop umpan balik
untuk merevisis rencana proyek dan pengaturan sumber daya kemana diperlukan.
Proses
manajemen resiko meliputi tahapan sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi resiko
Resiko merupakan peristiwa yang menghambat pencapaian tujuan perusahaan. Seluruh resiko yang mungkin terjadi dan berdampak negative bagi perusahaan secara signifikan harus terlebih dahulu diidentifikasi. Pada perusahaan air minum resiko yang mungkin terjadi adalah:
Ketidaktersediaan air di sumber air dapat terjadi karena kegagalan pada struktur sumber air, kekeliruan dalam memperkirakan hasil/kapasitas penyimpanan, kualitas sumber air yang tidak memenuhi syarat, dan kegiatan operasional yang tidak tepat.
Kehilangan air yang sebenarnya (real loss) dapat terjadi karena adanya penguapan air di tempat penyimpanan (storage evaporation), dan kebocoran (leakage) seperti kebocoran pada pipa jaringan distribusi, dan tempat penyimpanan air/reservoir.
Kehilangan air yang jelas terlihat (apparent loss) dapat terjadi karena adanya pengukuran meteran yang tidak akurat (inaccurate metering) seperti alat kalibrasi meteran yang tidak akurat, alat meteran yang sudah tua, alat meteran yang berputar rendah, dan adanya pemakaian air yang tidak terukur dengan meteran (unmetered usage) seperti pemakaian yang tidak dibenarkan (pemakaian untuk irigasi yang tidak illegal, pemakaian hidran yang tidak illegal, sambungan pipa yang tidak illegal) dan pemakaian yang dibenarkan (pemadam kebakaran, pekerjaan jalan, dan taman).
Pencemaran lingkungan dapat terjadi karena pembuangan air limbah yang tidak terkendali dari kegiatan pemeliharaan atau kegagalan jaringan pipa.
Terganggunya keselamatan dan kesehatan masyarakat pengguna air minum dapat terjadi karena kerusakan peralatan dan tercemarnya sumber air minum/produksi air minum selama pembangunan, pemeliharaan, atau pengoperasian infrastruktur penyedia air.
Kenaikan harga asset infrastruktur penyedia air dapat terjadi karena kenaikan tingkat inflasi, kenaikan nilai tukar mata uang asing terhadap rupiah, dan kenaikan harga bahan bakar minyak.
Kenaikan tingkat suku bunga pinjaman dapat terjadi karena kondisi perekonomian nasional yang tidak baik.
Sedangkan resiko pada tingkatan proses/aktivitas lifecycle asset management yang mungkin terjadi dapat dilihat pada table 1.
b. Menganalisis Resiko
Setelah seluruh resiko diidentifikasi, maka dilakukan pengukuran tingkat kemungkinan dan dampak resiko. Pengukuran resiko dilakukan setelah mempertimbangkan pengendalian resiko yang ada. Pengukuran resiko dilakukan menggunakan criteria pengukuran resiko secara kualitatif, semi kualitatif, atau kuantitatif tergantung pada ketersediaan data tingkat kejadian peristiwa dan dampak kerugian yang ditimbulkannya.
c. Mengevaluasi Resiko
Setelah resiko diukur tingkat kemungkinan dan dampaknya, maka disusunlah urutan prioritas resiko. Mulai dari resiko dengan tingkat resiko tertinggi, sampai dengan resiko terendah. Resiko yang tidak termasuk dalam resiko yang dapat diterima/ditoleransi merupakan resiko yang menjadi prioritas untuk segera ditangani. Setelah diketahui besarnya tingkat resiko dan prioritas resiko, maka perlu disusun peta resiko.
a. Mengidentifikasi resiko
Resiko merupakan peristiwa yang menghambat pencapaian tujuan perusahaan. Seluruh resiko yang mungkin terjadi dan berdampak negative bagi perusahaan secara signifikan harus terlebih dahulu diidentifikasi. Pada perusahaan air minum resiko yang mungkin terjadi adalah:
Ketidaktersediaan air di sumber air dapat terjadi karena kegagalan pada struktur sumber air, kekeliruan dalam memperkirakan hasil/kapasitas penyimpanan, kualitas sumber air yang tidak memenuhi syarat, dan kegiatan operasional yang tidak tepat.
Kehilangan air yang sebenarnya (real loss) dapat terjadi karena adanya penguapan air di tempat penyimpanan (storage evaporation), dan kebocoran (leakage) seperti kebocoran pada pipa jaringan distribusi, dan tempat penyimpanan air/reservoir.
Kehilangan air yang jelas terlihat (apparent loss) dapat terjadi karena adanya pengukuran meteran yang tidak akurat (inaccurate metering) seperti alat kalibrasi meteran yang tidak akurat, alat meteran yang sudah tua, alat meteran yang berputar rendah, dan adanya pemakaian air yang tidak terukur dengan meteran (unmetered usage) seperti pemakaian yang tidak dibenarkan (pemakaian untuk irigasi yang tidak illegal, pemakaian hidran yang tidak illegal, sambungan pipa yang tidak illegal) dan pemakaian yang dibenarkan (pemadam kebakaran, pekerjaan jalan, dan taman).
Pencemaran lingkungan dapat terjadi karena pembuangan air limbah yang tidak terkendali dari kegiatan pemeliharaan atau kegagalan jaringan pipa.
Terganggunya keselamatan dan kesehatan masyarakat pengguna air minum dapat terjadi karena kerusakan peralatan dan tercemarnya sumber air minum/produksi air minum selama pembangunan, pemeliharaan, atau pengoperasian infrastruktur penyedia air.
Kenaikan harga asset infrastruktur penyedia air dapat terjadi karena kenaikan tingkat inflasi, kenaikan nilai tukar mata uang asing terhadap rupiah, dan kenaikan harga bahan bakar minyak.
Kenaikan tingkat suku bunga pinjaman dapat terjadi karena kondisi perekonomian nasional yang tidak baik.
Sedangkan resiko pada tingkatan proses/aktivitas lifecycle asset management yang mungkin terjadi dapat dilihat pada table 1.
b. Menganalisis Resiko
Setelah seluruh resiko diidentifikasi, maka dilakukan pengukuran tingkat kemungkinan dan dampak resiko. Pengukuran resiko dilakukan setelah mempertimbangkan pengendalian resiko yang ada. Pengukuran resiko dilakukan menggunakan criteria pengukuran resiko secara kualitatif, semi kualitatif, atau kuantitatif tergantung pada ketersediaan data tingkat kejadian peristiwa dan dampak kerugian yang ditimbulkannya.
c. Mengevaluasi Resiko
Setelah resiko diukur tingkat kemungkinan dan dampaknya, maka disusunlah urutan prioritas resiko. Mulai dari resiko dengan tingkat resiko tertinggi, sampai dengan resiko terendah. Resiko yang tidak termasuk dalam resiko yang dapat diterima/ditoleransi merupakan resiko yang menjadi prioritas untuk segera ditangani. Setelah diketahui besarnya tingkat resiko dan prioritas resiko, maka perlu disusun peta resiko.
d. Menangani Resiko
Resiko yang tidak dapat diterima/ditoleransi segera dibuatkan rencana tindakan untuk meminimalisir kemungkinan dampak terjadinya resiko dan personel yang bertanggung jawab untuk melaksanakan rencana tindakan. Cara menangani resiko berupa memindahkan resiko melalui asuransi dan kontrak kerja kepada pihak ketiga, mengurangi tingkat kemungkinan terjadinya resiko dengan cara menambah/meningkatkan kecukupan pengendalian internal yang ada pada proses bisnis perusahaan, dan mengeksploitasi resiko bila tingkat resiko dinilai lebih rendah dibandingkan dengan peluang terjadinya peristiwa yang akan terjadi. Pemilihan cara menangani resiko dilakukan dengan mempertimbangkan biaya dan manfaat, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan rencana tindakan lebih rendah daripada manfaat yang diperoleh dari pengurangan dampak kerugian resiko.
Seluruh resiko yang diidentifikasi, dianalisis, dievaluasi, dan ditangani dimasukkan ke dalam register resiko yang memuat informasi mengenai nama resiko, uraian mengenai indikator resiko, faktor pencetus terjadinya peristiwa yang merugikan, dampak kerugian bila resiko terjadi, pengendalian resiko yang ada, ukuran tingkat kemungkinan/dampak terjadinya resiko setelah mempertimbangkan pengendalian yang ada, dan rencana tindakan untuk meminimalisir tingkat kemungkinan/dampak terjadinya resiko, serta personil yang bertanggung jawab melakukannya.
e. Memantau Resiko
Perubahan kondisi internal dan eksternal perusahaan menimbulkan resiko baru bagi perusahaan, mengubah tingkat kemungkinan/dampak terjadinya resiko, dan cara penanganan resikonya. Sehingga setiap resiko yang teridentifikasi masuk dalam register resiko dan peta resiko perlu dipantau perubahannya.
f. Mengkomunikasikan Resiko
Setiap tahapan kegiatan identifikasi, analisis, evaluasi, dan penanganan resiko dikomunikasikan/dilaporkan kepada pihak yang berkepentingan terhadap aktivitas bisnis yang dilakukan perusahaan untuk memastikan bahwa tujuan manajemen resiko dapat tercapai sesuai dengan keinginan pihak yang berkepentingan. Pihak yang berkepentingan berasal dari internal perusahaan (manajemen, karyawan) dan eksternal perusahaan (pemasok, pemerintah daerah/pusat, masyarakat sekitar lingkungan perusahaan, dan konsumen air bersih).
Walaupun penerapan proses manajemen resiko pada perusahaan air minum di Indonesia khususnya perusahaan daerah air minum belum ada peraturan hukumnya, namun karena manajemen resiko merupakan praktik terbaik (best practice), maka seharusnya sudah mulai diterapkan secara sistematis, terintegrasi, dan melekat pada setiap aktivitas bisnis perusahaan air minum, khususnya pada aktivitas manajemen asset.
Agar manajemen resiko dapat diterapkan dengan baik, maka perlu disiapkan segala infrastruktur manajemen resiko antara lain: pedoman manajemen resiko (kebijakan, pedoman umum, prosedur, dan formulir), struktur organisasi manajemen resiko (tugas, wewenang, tanggung jawab personil untuk melaksanakan manajemen resiko), dan sistem informasi pelaporan/pemantauan pelaksanaan manajemen resiko.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat ditarik dari penjelasan di atas adalah sebagai berikut:
Manajemen asset merupakan aktivitas yang dilakukan oleh manajemen yang tidak terlepas dari resiko. Manajemen asset berbasis resiko lebih menekankan pada proses mengelola asset fisik yang sangat besar dan berhubungan dengan resiko yang melekat pada proses tersebut dengan melibatkan penerapan proses manajemen resiko terhadap asset utama perusahaan untuk mengidentifikasi dan mengelola penyebab utama kegagalan pencapaian sasaran perusahaan.
Penerapan proses manajemen resiko dapat dilakukan pada seluruh aktivitas bisnis perusahaan air minum atau secara khusus lebih menekankan pada aktivitas manajemen asset perusahaan (setiap aktivitas lifecycle asset management).
Walaupun penerapan manajemen resiko pada perusahaan air minum di Indonesia khususnya perusahaan daerah air minum belum ada peraturan hukumnya, namun karena manajemen resiko merupakan praktik terbaik (best practice) maka seyogyanya sudah mulai dapat diterapkan secara sistematis, terintegrasi, dan melekat pada setiap aktivitas bisnis perusahaan air minum, khususnya pada aktivitas manajemen asset sehingga tujuan manajemen asset dapat tercapai.
Manajemen asset berbasis resiko kiranya dapat menjadi salah satu solusi dalam rangka memaksimalkan pengelolaan asset perusahaan air minum.
Kesimpulan yang dapat ditarik dari penjelasan di atas adalah sebagai berikut:
Manajemen asset merupakan aktivitas yang dilakukan oleh manajemen yang tidak terlepas dari resiko. Manajemen asset berbasis resiko lebih menekankan pada proses mengelola asset fisik yang sangat besar dan berhubungan dengan resiko yang melekat pada proses tersebut dengan melibatkan penerapan proses manajemen resiko terhadap asset utama perusahaan untuk mengidentifikasi dan mengelola penyebab utama kegagalan pencapaian sasaran perusahaan.
Penerapan proses manajemen resiko dapat dilakukan pada seluruh aktivitas bisnis perusahaan air minum atau secara khusus lebih menekankan pada aktivitas manajemen asset perusahaan (setiap aktivitas lifecycle asset management).
Walaupun penerapan manajemen resiko pada perusahaan air minum di Indonesia khususnya perusahaan daerah air minum belum ada peraturan hukumnya, namun karena manajemen resiko merupakan praktik terbaik (best practice) maka seyogyanya sudah mulai dapat diterapkan secara sistematis, terintegrasi, dan melekat pada setiap aktivitas bisnis perusahaan air minum, khususnya pada aktivitas manajemen asset sehingga tujuan manajemen asset dapat tercapai.
Manajemen asset berbasis resiko kiranya dapat menjadi salah satu solusi dalam rangka memaksimalkan pengelolaan asset perusahaan air minum.
DAFTAR PUSTAKA
http://acc.dau.mil
No comments:
Post a Comment